Tuesday, 23 June 2015

MASUKNYA TEKNIK PANTOMIM PERTUNJUKAN DENGAN DISIPLIN TEORI TADEOUZ KANTOOR “NYAROKA” KARYA SUTRADARA SYAMSUL ARIFIN


MASUKNYA TEKNIK PANTOMIM YANG MENGURANGI ESENSI PERTUNJUKAN DENGAN DISIPLIN TEORI TADEOUZ KANTOOR “NYAROKA” KARYA SUTRADARA SYAMSUL ARIFIN
Kritik seni oleh Andre Catur Wicaksono
12020134032



A.    Pendahuluan            
Pada awal pengambilan disiplin sutradara mengarap konsep pertunjukannya dengan teori Tadeouz Kantoor dengan teori teater boneka, pada pemahaman awal , saya sempat bertanya kepada sutradara tentang pengertian dari teater boneka dalam konsep penyutradaraannya, apakah sama dengan ondel-ondel atau teater boneka pada biasanya kita lihat?, kemungkinan yang dijawab oleh sutradara Syamsul Arifin, adalah bahwa tadeouz kantoor adalah sebuah bentuk drama non realis yang mengaplikasikan boneka dan aktor sebagai boneka, dimana sutradara bisa ikut masuk pada pertunjukan.
Namun pada sumber wikipedia.com menjelaskan bahwa Kantor lulus dari Akademi Cracow pada tahun 1939. Selama pendudukan Nazi di Polandia, ia mendirikan Teater Mandiri, dan menjabat sebagai profesor di Akademi Seni Seni di Kraków serta direktur teater eksperimental di Kraków dari 1942 ke 1944. Setelah perang, ia menjadi terkenal karena karyanya avant-garde dalam desain panggung termasuk desain untuk Saint Joan (1956) dan Ukur untuk Ukur (1956). Contoh-contoh spesifik dari perubahan tersebut ke teater standar yang tahap yang diperpanjang keluar ke penonton, dan penggunaan manekin sebagai aktor kehidupan nyata.
Dari penjelasan di atas saya menemukan sedikit pemahaman mengenai bentuk pertunjukan dari tadeouz kantor, selain dari sumber tertulis, beberapa video yang bersumber dari youtube.com juga memberikan jawaban. Yang mayoritas memberikan penjelasan bahwa pertunjukan tadeusz kantor menggunakan manekin / boneka sebagai ciri dari pertunjukannya.
Dalam proses running pertunjukan  “NYAROKA” pertunjukan lebih kearah bentuk pantomim hal ini disebabkan karena dasar pencastingan sutradara Syamsul Arifin cenderung memilih aktor yang berasal dari dunia pantomim (Kun Baehaqi Almas, Sandi Tramiaji Junior, Eka wahyuningsih, Ilham Habibullah) , dalam pantomim sorot utama adalah bagaimana tubuh mampu membentuk suatu hal yang memiliki nilai imaji ,sehinga perlu adanya tubuh yang mampu membentuk simbol visual. Sedangkan pada proses Tadeousz Kantor di perlukan aktor yang mampu faham tentang perbedaan gerakan boneka, robotik dan pantomim yang sebenarnya secara harfiah gerakan tersebut hampir mirip dan sama, karena pada dasar dari pantomim adalah gerakan stakato dan legatto.
B.     Memahami konsep  antara Antonin Artaud dan Tadeousz Kantor dalam terciptanya kesadaran penonton
Pada pertunjukan Antonin artaud berisis tentang suatu elemen-elemen fisikal dan objektif yang tampak jelas dan mampu dipahami oleh setiap penonton. Memiliki ciri khusus yakni mengganggu indera penglihatan (lampu yang menyakiti mata, sosok yang seram dan tinggi, make up yang mengyeramkan) pendengaran (musik yang mengagetkan, membosankan dan diketuk berkali-kali) dan penciuman (aroma menyengat) untuk menyadarkan penonton mengenai pertunjukan. Berbeda dengan tadeousz kantor yang mempertunjukan dengan memasukan manekin/boneka kedalam pertunjukan sebagai salah satu aktor dalam kehidupan nyata, serta gerakan-gerakan aktor yang menggunakan gerakan mimesis dengan gerak boneka.
C.    Mannequin sebagai bentuk pengungkapan  penonton dalam penciptaan intersubjectivitas Tadeousz Kantor
Pada media komunikasi sutradara mengunakan bahasa madura dan beberapa properti seperti trolly, kursi roda dan tiruan carok madura. namun komunikasi antara penonton sebelum pelemparan bola kurang tercipta, beberapa adegan yang terlau menjenuhkan seperti bermain petak umpet sebaiknya dihilangi agar penonton langsung kearah point dari apa yang ingin disampaikan oleh sutradara.
Mannequin dalam Tadeousz Kantor berfungsi sebagai bentuk ungkapan sebagai ciri dari pertunjukan tadeousz kantor dengan menghadirkan mannequin sebagai aktor dalam kehidupan nyata.
D.    Kesimpulan
            Pada hasil akhir  penyutradaran “NYAROKA”  sutradara terjebak pada bentuk-bentuk pantomim karena pada dasarnya casting dari pertunjukan Nyaroka memilih aktor-aktor yang bernotaben pada gerak pantomim. atas dasar saran dosen pengampu mata kuliah penyutradaraan 2, bapak Autar abdillah ,S.Sn.,M.Si. mengubah dan membenahi gerak aktor dan beberapa adegan yang tidak perlu sehingga bentuk pertunjukannya lebih menarik.
Teater tidak terlepas dari aspek tanda dan simbol kehidupan manusia. Kehidupan manusia yang merupakan bahan  penciptaan bagi penulis maupun pekerja seni teater lainnya akan membangun karya seni pertunjukan penuh dengan tanda dan simbol-simbol kehidupan yang disampaikan kepada penonton atau penikmat.
Teater sebagai sebuah karya seni pertunjukan akan mengangkat pesan tentang kehidupan, tentang norma, tentang kebaikan, keburukan, kejahatan, dan berbagai watak karakter manusia untuk ditampilkan di atas panggung. Simbol-simbol dari penulis naskah yang dibawakan oleh aktor melalui interpretasi sutradara berfungsi untuk mengkomunikasikan konsep, gagasan umum, pola, atau bentuk kreatif penciptanya kepada penonton atau penikmat.

1 comment: