MASUKNYA TEKNIK PANTOMIM YANG MENGURANGI ESENSI PERTUNJUKAN DENGAN DISIPLIN TEORI TADEOUZ KANTOOR “NYAROKA” KARYA SUTRADARA SYAMSUL ARIFIN
Kritik seni oleh Andre
Catur Wicaksono
12020134032
A.
Pendahuluan
Pada
awal pengambilan disiplin sutradara mengarap konsep pertunjukannya dengan teori
Tadeouz Kantoor dengan teori teater boneka, pada pemahaman awal , saya sempat
bertanya kepada sutradara tentang pengertian dari teater boneka dalam konsep
penyutradaraannya, apakah sama dengan ondel-ondel atau teater boneka pada
biasanya kita lihat?, kemungkinan yang dijawab oleh sutradara Syamsul Arifin,
adalah bahwa tadeouz kantoor adalah sebuah bentuk drama non realis yang
mengaplikasikan boneka dan aktor sebagai boneka, dimana sutradara bisa ikut
masuk pada pertunjukan.
Namun
pada sumber wikipedia.com menjelaskan bahwa Kantor lulus dari Akademi Cracow pada tahun 1939.
Selama pendudukan Nazi di Polandia, ia mendirikan Teater Mandiri, dan menjabat
sebagai profesor di Akademi Seni Seni di Kraków serta direktur teater
eksperimental di Kraków dari 1942 ke 1944. Setelah perang, ia menjadi terkenal
karena karyanya avant-garde dalam desain panggung termasuk desain untuk Saint Joan (1956) dan Ukur untuk Ukur (1956). Contoh-contoh spesifik dari
perubahan tersebut ke teater standar yang tahap yang diperpanjang keluar ke
penonton, dan penggunaan manekin sebagai aktor kehidupan nyata.
Dari
penjelasan di atas saya menemukan sedikit pemahaman mengenai bentuk pertunjukan
dari tadeouz kantor, selain dari sumber tertulis, beberapa video yang bersumber
dari youtube.com juga memberikan jawaban. Yang mayoritas memberikan penjelasan
bahwa pertunjukan tadeusz kantor menggunakan manekin / boneka sebagai ciri dari
pertunjukannya.
Dalam
proses running pertunjukan “NYAROKA” pertunjukan
lebih kearah bentuk pantomim hal ini disebabkan karena dasar pencastingan
sutradara Syamsul Arifin cenderung memilih aktor yang berasal dari dunia pantomim
(Kun Baehaqi Almas, Sandi Tramiaji Junior, Eka wahyuningsih, Ilham Habibullah)
, dalam pantomim sorot utama adalah bagaimana tubuh mampu membentuk suatu hal
yang memiliki nilai imaji ,sehinga perlu adanya tubuh yang mampu membentuk
simbol visual. Sedangkan pada proses Tadeousz Kantor di perlukan aktor yang
mampu faham tentang perbedaan gerakan boneka, robotik dan pantomim yang
sebenarnya secara harfiah gerakan tersebut hampir mirip dan sama, karena pada
dasar dari pantomim adalah gerakan stakato dan legatto.
B.
Memahami konsep antara Antonin
Artaud dan Tadeousz Kantor dalam terciptanya kesadaran penonton
Pada
pertunjukan Antonin artaud berisis tentang suatu elemen-elemen fisikal dan
objektif yang tampak jelas dan mampu dipahami oleh setiap penonton. Memiliki
ciri khusus yakni mengganggu indera penglihatan (lampu yang menyakiti mata,
sosok yang seram dan tinggi, make up yang mengyeramkan) pendengaran (musik yang
mengagetkan, membosankan dan diketuk berkali-kali) dan penciuman (aroma
menyengat) untuk menyadarkan penonton mengenai pertunjukan. Berbeda dengan
tadeousz kantor yang mempertunjukan dengan memasukan manekin/boneka kedalam
pertunjukan sebagai salah satu aktor dalam kehidupan nyata, serta
gerakan-gerakan aktor yang menggunakan gerakan mimesis dengan gerak boneka.
C.
Mannequin sebagai bentuk pengungkapan
penonton dalam penciptaan intersubjectivitas Tadeousz Kantor
Pada
media komunikasi sutradara mengunakan bahasa madura dan beberapa properti
seperti trolly, kursi roda dan tiruan carok madura. namun komunikasi antara
penonton sebelum pelemparan bola kurang tercipta, beberapa adegan yang terlau
menjenuhkan seperti bermain petak umpet sebaiknya dihilangi agar penonton
langsung kearah point dari apa yang
ingin disampaikan oleh sutradara.
Mannequin
dalam Tadeousz Kantor berfungsi sebagai bentuk ungkapan sebagai ciri dari
pertunjukan tadeousz kantor dengan menghadirkan mannequin sebagai aktor dalam
kehidupan nyata.
D.
Kesimpulan
Pada hasil akhir penyutradaran
“NYAROKA” sutradara terjebak pada
bentuk-bentuk pantomim karena pada dasarnya casting
dari pertunjukan Nyaroka memilih aktor-aktor yang bernotaben pada gerak
pantomim. atas dasar saran dosen pengampu mata kuliah penyutradaraan 2, bapak Autar
abdillah ,S.Sn.,M.Si. mengubah dan membenahi gerak aktor dan beberapa adegan
yang tidak perlu sehingga bentuk pertunjukannya lebih menarik.
Teater
tidak terlepas dari aspek tanda dan simbol kehidupan manusia. Kehidupan manusia
yang merupakan bahan penciptaan bagi penulis maupun pekerja seni teater
lainnya akan membangun karya seni pertunjukan penuh dengan tanda dan
simbol-simbol kehidupan yang disampaikan kepada penonton atau penikmat.
Teater
sebagai sebuah karya seni pertunjukan akan mengangkat pesan tentang kehidupan,
tentang norma, tentang kebaikan, keburukan, kejahatan, dan berbagai watak
karakter manusia untuk ditampilkan di atas panggung. Simbol-simbol dari penulis
naskah yang dibawakan oleh aktor melalui interpretasi sutradara berfungsi untuk
mengkomunikasikan konsep, gagasan
umum, pola, atau bentuk kreatif penciptanya kepada penonton atau penikmat.
Nyaroka Luar Biasa
ReplyDelete